
Para pembaca sekalian. Pernahkah Anda merasa bahwa
waktu sekarang ini terasa lebih cepat? Siang-malam, hari, minggu, bulan dan
tahun terasa saling berkejaran. Perasaan baru saja tahun baru 2013, eh sekarang
sudah bulan Maret 2014.
Lalu, apakah ini ada kaitannya dengan tanda-tanda
akhir zaman? Karena salah satu dari tanda-tanda akhir zaman yang pernah
dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah waktu yang
semakin terasa singkat, cepat berlalu. Berikut ini haditsnya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا تَقُومُ السَّاعَةُ
حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ ، وَتَكْثُرَ الزَّلازِلُ ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ،
وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ
“Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya
ilmu, banyak gempa bumi, masa semakin berdekatan (terasa singkat), banyak
terjadi fitnah, dan banyak pembunuhan” (HR.
Al-Bukhari no.1036)
Dari Sa’d bin Sa’id al-Anshari dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
لا تَقُومُ السَّاعَةُ
حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ ، وَيَكُونَ
الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ ، وَيَكُونَ
الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ
“Tidak akan terjadi hari Kiamat sebelum sampai zaman
itu menjadi saling berdekatan. Maka satu tahun seperti satu bulan, satu bulan
seperti satu Jum‘at (pekan) dan satu Jum‘at seperti satu hari dan satu hari
seperti satu jam dan satu jam seperti nyala api (hanya sekejap)” (HR. Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam Musnadnya no.10956, dan
At-Tirmidzi dalam al-Jami’ish shahih Sunan at-Tirmidzi no.2332 dari Anas radhiyallahu
‘anhu)
Nah, untuk bisa menjelaskan tetang hal ini, maka akan
lebih bermutu bila kita mengkajinya dengan pengetahuan ilmiah moderen saat ini.
Salah satunya yang pernah diungkapkan oleh seorang cendikiawan Muslim, Harun
Yahya. Menurutnya, saat ini waktu memang terasa berputar lebih cepat. Perjalanan
yang dulu berlangsung beberapa bulan, kini dapat dilakukan dalam beberapa jam.
“Dengan perbandingan yang lebih aman, lebih mudah, dan format yang lebih
nyaman” Ujar Harun Yahya.
Tak cuma itu, komunikasi yang dulu membutuhkan waktu
berminggu-minggu untuk menjangkau wilayah antar benua, saat ini dapat dilakukan
hanya dalam hitungan detik melalui internet dan teknologi komunikasi lainnya.
Selain itu, papar Harun Yahya, tugas sehari-hari seperti membersihkan, memasak,
penitipan anak, pemeliharaan, dan belanja tidak lagi mengambil terlalu banyak
waktu dengan menggunakan perangkat elektronik yang canggih. “Pertanda akhir
zaman yang telah disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu
secara ilmiah telah terbukti. Waktu semakin singkat,” Papar cendekiawan yang
memiliki nama asli Adnan Oktar itu.
Menurut Harun Yahya, di ruang di antara permukaan bumi
dan ionosfer konduktif, terdapat getaran alami. Frekuensi mendasar ini yang
juga dikenal sebagai Detak Jantung Dunia, disebut sebagai Resonansi Schumann.
“Hal tersebut telah diramalkan secara matematis oleh fisikawan Jerman Winfried
R Schuman pada tahun 1952,” tuturnya. Resonansi Schumann, kata dia,
sangat penting karena membungkus bumi. “Dengan demikian terus menjaga alam dan
semua bentuk kehidupan di bawah efeknya. Hal ini secara terus menerus diukur
oleh pusat penelitian fisika terkemuka di dunia”
Pada 1950, Resonansi Schumann diukur pada skala
7.8 hertz. Nilai ini dianggap tetap konstan. Memang sistem komunikasi global
militer ini didirikan di atas frekuensi ini. Namun, pada 1980-an, terjadi
perubahan tiba-tiba. Sebab, pada tahun itu Resonansi Schumann diukur di
atas 11 hertz. “Laporan terbaru telah mengungkapkan bahwa angka ini bahkan akan
meningkat lagi. Perubahan dalam Resonansi Schumann; frekuensi menunjukkan
mempercepat waktu” Tuturnya.
Dengan demikian, waktu 24 jam terasa seperti 16 jam
atau kurang. Ilmu pengetahuan tidak mampu menjelaskan mengapa angka ini
mengalami kenaikan, atau faktor yang menyebabkannya meningkat. “Dengan makin
singkatnya waktu, pertanda akhir zaman yang diramalkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam terbukti secara ilmiah saat ini” Tuturnya.
Bumi semakin dipersiapkan untuk Hari Kiamat dan oleh
kehendak Allah subhanahu wa ta’ala pertanda yang diisyaratkan terjadi
secara berturut turut. “Di masa lalu, hari itu lebih lama; kami dapat melakukan
banyak pekerjaan setiap hari. Waktu telah makin singkat. Ini jelas. Ini adalah
pertanda dari Akhir Zaman. Ini adalah pertanda hadirnya Imam Mahdi. Ini adalah
sebuah keajaiban yang disebutkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
Papar Adnan Oktar dalam wawancara dengan AKS SAMSUN TV dan TV KAYSERI.
“Semua orang mengatakan ini. Akhir pekan datang dalam
waktu singkat. Apakah akhir pekan datang begitu cepat di masa lalu? Hari-hari
tersebut tidak terlewati. [Sekarang] hari berakhir dalam sekejap. Satu kali
tidur untuk sementara waktu, untuk tujuh atau delapan jam, kemudian dia
terbangun, sarapan dan malam datang dan hari berakhir. Orang pergi bekerja dan
dalam waktu singkat kembali ke rumah dan tidur. Dia tidak punya waktu untuk
bernapas” Ungkapnya.

Demikianlah penjelasan dari Harun Yahya dalam beberapa
waktu yang lalu. Yang semuanya bisa dijadikan bahan perenungan kita bersama,
ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Apakah kita akan terus lalai?
Bukti ilmiah lainnya untuk kedua hadits di atas
dijelaskan oleh Dr. Ahmad Syauqi. Ia berkata: “Para Ilmuwan telah sampai pada
kesimpulan tentang hakekat alam semesta yang sangat mencengangkan, di antaranya
adalah bahwa Matahari setelah jutaan tahun akan mengalami kerapatan
(kepadatan) molekul-molekulnya, yang pada akhirnya berubah menjadi Matahari
yang mengecil, dan sangat padat (rapat). Hal ini mempercepat gerakan Bumi
mengitarinya dan semakin cepat juga Bumi berputar terhadap dirinya sendiri (rotasi)
di sekeliling Matahari. Maka jadilah satu tahun itu bagi Bumi seperti satu
bulan, dan satu bulan seperti satu hari dan seterusnya.
Dan demikianlah hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ia adalah sebuah kenyataan dan kebenaran, yang beliau ucapkan
berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala, yang maknanya secara
ilmiah tidak diketahui oleh manusia, kecuali pada zaman kita sekarang ini.
Engkau benar wahai kekasihku, kekasih dan kekasih seluruh kaum Muslimin
(maksudnya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam). Maka
perkataanku ini aku tujukan untuk kaum Muslimin secara umum dan untuk
orang-orang non muslim secara khusus, aku ingin berkata kepada non muslim:
“Lihatlah oleh kalian semua apa yang telah dikatakan oleh Rasul yang mulia Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak (lebih dari) seribu tahun yang
lalu, dan sekarang ilmu pengetahun modern telah sampai kepada hakikat apa yang
disabdakan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam“
Selain itu, ada juga penjelasan lainnya yang bisa juga
di jadikan sebagai bahan renungan bagi kita bersama. Ini akan lebih mudah
dijelaskan dengan mengambil sebuah pertanyaan yang mendasar; “Kenapa waktu
terasa berlari begitu cepat?”. Alasannya adalah:
1. Karena zaman kini, manusia semakin sibuk
David Allen dalam buku produktivitasnya “Getting
Things Done” menggambarkan dengan tepat betapa padatnya kesibukan manusia
zaman sekarang, dimana pekerjaan seolah tidak mengenal batas penyelesaiannya.
Pada zaman dulu, pekerjaan dianggap selesai bila suatu batasan tertentu telah
tercapai, misalnya bila hewan buruan telah ditangkap dan dimasak. Namun
sekarang, pekerjaan modern bisa dibilang sangat “berlapis-lapis”. Kalaupun jam
pekerjaan kantor telah usai, masih ada setumpuk laporan, e-mail, sms, dan
panggilan telepon yang harus dikerjakan di rumah.
Manusia modern pun telah bersaudara dengan yang satu
ini: DEADLINE. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan harus “cepat,
cepat, cepat”, orang-orang pun lebih fokus ke “bagaimana menyelesaikan
pekerjaan anu dalam waktu X”. Tenggang waktu sebulan pun semakin tak ada
artinya – bahkan terasa seperti seminggu atau dua minggu.
2. Waktu memiliki bobot
Teori ini masih berdasarkan fisika relativitas. Sejak
awal tahun 1993, waktu memang telah berjalan lebih cepat. Hingga saat ini,
waktu telah 1,3 hingga 1,4 kali lebih cepat – dan akan lebih cepat 2 kali lipat
10 tahun kemudian. Menurut beberapa penelitian, kecepatan revolusi solar system
kita memang tengah bertambah lebih cepat, di mana hal ini juga berpengaruh
terhadap waktu di bumi. Karena waktu berjalan lebih cepat, ruang pun semakin
merapat dan gravitasi meningkat. Bisa dibilang, ruang dan waktu semakin
bersatu. Atau seperti kata hadits tersebut, “zaman semakin berdekatan”.
Dari segi metafisika, zaman berdekatan ini mengakibatkan
berbagai energi di alam sekitar ber-agregasi. Setiap makhluk semakin connected
dengan lingkungan atau sekitarnya. Misalnya, bila seseorang jatuh dan terluka,
orang lain juga akan turut “merasakan”. Dalam berbagai paham new age,
zaman ketika ini terjadi disebut sebagai Christ Consciousness – atau
masa-masa menjelang akhir ketika manusia menanti Kristus kembali ke bumi.
3. Antisipasi dan persepsi
Tentang hal ini, Albert Einstein pernah berkata “Kalau
Anda duduk di dekat kompor yang menyala, pastilah 4 menit terasa seperti 4 jam.
Coba kalau Anda duduk di sebelah wanita cantik, 4 jam akan terasa seperti 4
menit”.
Untuk menjelaskan tentang persepsi ini, akan saya
berikan contoh. Misalnya Anda mendengarkan lagu yang boringnya minta ampun
padahal durasinya hanya 1 menit, bisa jadi di benak Anda, seolah-olah lagu itu
durasinya 4 menitan, ‘kan? Tapi coba kalau Anda mendengarkan lagu kesayangan
Anda, mungkin lagu durasi 4 menit terasa lebih cepat, atau terasa lebih lama tapi
durasi lama yang menyenangkan.
Dalam buku “Why Life Speeds Up as You Get Older”,
Douwe Draaisma menjelaskan bahwa persepsi memori memberikan kesan kepada kita
bahwa waktu berjalan cepat atau lambat. Ketika kita masih kecil misalnya, kita
selalu “ingin jadi dewasa”. Atau ketika kita baru masuk kerja dan kita menanti
naik pangkat. Antisipasi terhadap penantian itu membuat waktu terkesan lama
sekali. Begitu juga memori kita terhadap fase hidup yang kita anggap
menyenangkan atau sangat buruk – biasanya waktu akan terasa lama tapi “berisi”.
Namun halnya dengan fase hidup yang “biasa-biasa saja”, maka hanya akan
teringat samar-samar dalam memori kita dan dianggap “berlalu cepat begitu
saja”.
4. Pendapat penulis: tanda bergantinya zaman menuju
kebangkitan dunia baru
Meski tak sepenuhnya, saya sependapat dengan Harun
Yahya dan Dr. Ahmad Syauqi tentang pertimbangan ilmiahnya. Bahkan saya bisa
menambahkan, bahwa Akhir Zaman (kiamat) yang disebutkan dalam hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam itu maksudnya bukan Hari Kiamat Kubro
(besar), melainkan Kiamat Sugro (kecil). Artinya, memang akan ada Akhir Zaman
(kiamat) yang disertai dengan bencana alam, pemusnahan massal, dll. Di setiap
akhir periode zaman pun seperti itu. Namun pada saat ini, itu hanya sebagai pertanda
akan hadirnya zaman yang baru, yang di dalamnya akan ada perubahan yang
mendasar dalam kehidupan manusia.
Jadi, kehidupan kita sekarang ini telah sampai di
penghujung periode zamannya (zaman ke tujuh). Atau dalam artian bahwa kita saat
ini sedang berada dalam masa-masa transisi antara kedua zaman yang berbeda (ke
tujuh – ke delapan), dan tentunya akan ada puncaknya suatu saat nanti.
Sedangkan puncak yang dimaksudkan disini bisa saja kehancuran yang dahsyat,
yang akan terjadi dimana-mana di seluruh dunia. Dan tentunya Anda sekalian
sudah merasakannya bukan? Dimana sering terjadi bencana dahsyat di berbagai
belahan dunia, peperangan dan tentunya perubahan iklim. Untuk itulah, satu
alasan mengapa waktu pun di atur semakin cepat berlalu, itu hanya untuk bisa
menghadirkan azab Allah subhanahu wa ta’ala lebih cepat. Karena manusia
yang hidup di akhir setiap periode zaman akan berlaku kufur dan jauh dari jalan
kebenaran Tuhan. Sehingga pantaslah bagi mereka ini untuk meneriman azab-Nya
yang sungguh perih.
Ketahuilah, bahwa manusia pada masa yang akan datang
(di periode zaman yang baru – periode zaman ke delapan) setelah periode zaman
kita sekarang)) akan hidup sesuai dengan hukum Tuhan dan menata dunia ini
dengan keindahan yang sejati. Semua yang ada di periode zaman ke tujuh ini akan
banyak yang ditinggalkan, terutama yang berbau syirik dan maksiat. Dalam
kehidupan mereka nanti, maka ada perubahan yang mendasar tentang keyakinan,
gaya hidup, cara pandang hidup, sifat dan sikap kehidupan dan tata aturan hidup
(ketatanegaraan) yang sempurna. Yang itu semua akan dimulai dari Nusantara,
insya Allah. Ini akan terjadi, karena secara tersirat Allah subhanahu wa
ta’ala telah menjelaskan tentang hal ini di dalam Al-Qur`an surat Ali
`Imran [3] ayat 140 berikut ini:
“…, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)…”
Jadi, masalah waktu yang terasa singkat saat ini
adalah konsekuensi dari hilangnya kebiasaan untuk mengingat Allah subhanahu
wa ta’ala (zikir) dalam hati, sementara kesibukan dunia terus menempati
posisi terpenting dalam hati seseorang. Manusia di masa lalu juga pernah
merasakan hal yang serupa, sebelum mereka harus menerima azab dari Allah subhanahu
wa ta’ala. Dan ini adalah ketentuan-Nya, yang akan terus berlaku disaat
manusia telah lalai pada aturan Tuhan dan melupakan hakekat kehidupannya
sebagai khalifah di muka bumi.
Selain itu, hal ini terjadi lantaran tidak banyak lagi
orang-orang yang benar-benar meluangkan waktunya untuk mengkaji Ad-Din
(agama) secara mendalam dan menjalankannya dengan benar. Mereka begitu terlena
dengan kesenangan duniawi, sehingga terus terbuai dalam tipuannya. Hidup hanya
dilalui dengan banyak kegiatan yang melulu hanya bersifat foya-foya, tanpa
mengindahkan arti pentingnya mempersiapkan bekal akherat. Mereka lupa dengan
Tuhan karena telah menuhankan dunia dengan teknologi di dalamnya. Bahkan di
antara mereka ini banyak sekali yang munafik, lantaran ia sebenarnya mengetahui
aturan agama tetapi justru senang melanggarnya. Sehingga tidak banyak lagi yang
mau mencegah perbuatan mungkar, karena mereka pun ikut di dalamnya. Maksiat dan
perzinahan kian merajalela dimana-mana, bahkan tak mengenal tempat, usia, jenis
kelamin, hubungan darah dan hewan atau manusia. Banyak pula terjadi kezaliman
dan pembunuhan, keserakahan dan korupsi, sehingga memperkeruh kondisi sosial di
masyarakat. Sementara waktu dirasakan semakin cepat berlalu, lantaran seseorang
merasa tidak pernah puas dalam menikmati kesenangan sesaat duniawi ini.
*****
Wahai saudaraku ingatlah! Waktu itu telah diciptakan
dengan penuh pertimbangan dan tujuan. Ia ada sebagai wadah bagi semua makhluk
untuk senantiasa melakukan aktifitasnya tetapi dengan penuh kebijaksanaan.
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa, dan jangan pula lalai
untuk terus memperbaiki diri. Karena sejatinya kehidupan di dunia ini hanyalan
bersifat sementara. Ada kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan setelah kematian
(akherat).
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan
dengan berfirman di dalam Al-Qur`an surat Al-Ashr [103] ayat 1-3, seperti
berikut ini:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang senantiasa mawas diri dan terus mempersiapkan bekal akherat. Tidak pernah
menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa dan berharap bahwa akan ada perubahan
kebaikan di hari nanti.
Mashudi Antoro (Oedi`)
Referensi:
* http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/29/m9imvh-waktu-terasa-kian-cepat-tanda-hadirnya-imam-mahdi
* http://wwww.theopage.net/2012/09/15/mengapa-waktu-terasa-berjalan-sangat-cepat-ini-3-sebabnya/
* http://ahlulbadar313.blogspot.com/2012/05/waktu-terasa-semakin-cepat.html
* http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/29/m9imvh-waktu-terasa-kian-cepat-tanda-hadirnya-imam-mahdi
* http://wwww.theopage.net/2012/09/15/mengapa-waktu-terasa-berjalan-sangat-cepat-ini-3-sebabnya/
* http://ahlulbadar313.blogspot.com/2012/05/waktu-terasa-semakin-cepat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar