Senin, 10 Januari 2011

13. Tanda Akhir Zaman, Waktu semakin Cepat


 
Para pembaca sekalian. Pernahkah Anda merasa bahwa waktu sekarang ini terasa lebih cepat? Siang-malam, hari, minggu, bulan dan tahun terasa saling berkejaran. Perasaan baru saja tahun baru 2013, eh sekarang sudah bulan Maret 2014.

Lalu, apakah ini ada kaitannya dengan tanda-tanda akhir zaman? Karena salah satu dari tanda-tanda akhir zaman yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah waktu yang semakin terasa singkat, cepat berlalu. Berikut ini haditsnya:


Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ ، وَتَكْثُرَ الزَّلازِلُ ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ

“Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi, masa semakin berdekatan (terasa singkat), banyak terjadi fitnah, dan banyak pembunuhan” (HR. Al-Bukhari no.1036)

Dari Sa’d bin Sa’id al-Anshari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ

“Tidak akan terjadi hari Kiamat sebelum sampai zaman itu menjadi saling berdekatan. Maka satu tahun seperti satu bulan, satu bulan seperti satu Jum‘at (pekan) dan satu Jum‘at seperti satu hari dan satu hari seperti satu jam dan satu jam seperti nyala api (hanya sekejap)” (HR. Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam Musnadnya no.10956, dan At-Tirmidzi dalam al-Jami’ish shahih Sunan at-Tirmidzi no.2332 dari Anas radhiyallahu ‘anhu)

Nah, untuk bisa menjelaskan tetang hal ini, maka akan lebih bermutu bila kita mengkajinya dengan pengetahuan ilmiah moderen saat ini. Salah satunya yang pernah diungkapkan oleh seorang cendikiawan Muslim, Harun Yahya. Menurutnya, saat ini waktu memang terasa berputar lebih cepat. Perjalanan yang dulu berlangsung beberapa bulan, kini dapat dilakukan dalam beberapa jam. “Dengan perbandingan yang lebih aman, lebih mudah, dan format yang lebih nyaman” Ujar Harun Yahya.

Tak cuma itu, komunikasi yang dulu membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menjangkau wilayah antar benua, saat ini dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik melalui internet dan teknologi komunikasi lainnya. Selain itu, papar Harun Yahya, tugas sehari-hari seperti membersihkan, memasak, penitipan anak, pemeliharaan, dan belanja tidak lagi mengambil terlalu banyak waktu dengan menggunakan perangkat elektronik yang canggih. “Pertanda akhir zaman yang telah disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu secara ilmiah telah terbukti. Waktu semakin singkat,” Papar cendekiawan yang memiliki nama asli Adnan Oktar itu.

Menurut Harun Yahya, di ruang di antara permukaan bumi dan ionosfer konduktif, terdapat getaran alami. Frekuensi mendasar ini yang juga dikenal sebagai Detak Jantung Dunia, disebut sebagai Resonansi Schumann. “Hal tersebut telah diramalkan secara matematis oleh fisikawan Jerman Winfried R Schuman pada tahun 1952,” tuturnya. Resonansi Schumann, kata dia, sangat penting karena membungkus bumi. “Dengan demikian terus menjaga alam dan semua bentuk kehidupan di bawah efeknya. Hal ini secara terus menerus diukur oleh pusat penelitian fisika terkemuka di dunia”

Pada 1950, Resonansi Schumann diukur pada skala 7.8 hertz. Nilai ini dianggap tetap konstan. Memang sistem komunikasi global militer ini didirikan di atas frekuensi ini. Namun, pada 1980-an, terjadi perubahan tiba-tiba. Sebab, pada tahun itu Resonansi Schumann diukur di atas 11 hertz. “Laporan terbaru telah mengungkapkan bahwa angka ini bahkan akan meningkat lagi. Perubahan dalam Resonansi Schumann; frekuensi menunjukkan mempercepat waktu” Tuturnya.

Dengan demikian, waktu 24 jam terasa seperti 16 jam atau kurang. Ilmu pengetahuan tidak mampu menjelaskan mengapa angka ini mengalami kenaikan, atau faktor yang menyebabkannya meningkat. “Dengan makin singkatnya waktu, pertanda akhir zaman yang diramalkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbukti secara ilmiah saat ini” Tuturnya.

Bumi semakin dipersiapkan untuk Hari Kiamat dan oleh kehendak Allah subhanahu wa ta’ala pertanda yang diisyaratkan terjadi secara berturut turut. “Di masa lalu, hari itu lebih lama; kami dapat melakukan banyak pekerjaan setiap hari. Waktu telah makin singkat. Ini jelas. Ini adalah pertanda dari Akhir Zaman. Ini adalah pertanda hadirnya Imam Mahdi. Ini adalah sebuah keajaiban yang disebutkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam” Papar Adnan Oktar dalam wawancara dengan AKS SAMSUN TV dan TV KAYSERI.

“Semua orang mengatakan ini. Akhir pekan datang dalam waktu singkat. Apakah akhir pekan datang begitu cepat di masa lalu? Hari-hari tersebut tidak terlewati. [Sekarang] hari berakhir dalam sekejap. Satu kali tidur untuk sementara waktu, untuk tujuh atau delapan jam, kemudian dia terbangun, sarapan dan malam datang dan hari berakhir. Orang pergi bekerja dan dalam waktu singkat kembali ke rumah dan tidur. Dia tidak punya waktu untuk bernapas” Ungkapnya.
4871363_20130228110805
Demikianlah penjelasan dari Harun Yahya dalam beberapa waktu yang lalu. Yang semuanya bisa dijadikan bahan perenungan kita bersama, ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Apakah kita akan terus lalai?
Bukti ilmiah lainnya untuk kedua hadits di atas dijelaskan oleh Dr. Ahmad Syauqi. Ia berkata: “Para Ilmuwan telah sampai pada kesimpulan tentang hakekat alam semesta yang sangat mencengangkan, di antaranya adalah bahwa Matahari setelah jutaan tahun akan mengalami kerapatan (kepadatan) molekul-molekulnya, yang pada akhirnya berubah menjadi Matahari yang mengecil, dan sangat padat (rapat). Hal ini mempercepat gerakan Bumi mengitarinya dan semakin cepat juga Bumi berputar terhadap dirinya sendiri (rotasi) di sekeliling Matahari. Maka jadilah satu tahun itu bagi Bumi seperti satu bulan, dan satu bulan seperti satu hari dan seterusnya.
Dan demikianlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia adalah sebuah kenyataan dan kebenaran, yang beliau ucapkan berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala, yang maknanya secara ilmiah tidak diketahui oleh manusia, kecuali pada zaman kita sekarang ini. Engkau benar wahai kekasihku, kekasih dan kekasih seluruh kaum Muslimin (maksudnya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam). Maka perkataanku ini aku tujukan untuk kaum Muslimin secara umum dan untuk orang-orang non muslim secara khusus, aku ingin berkata kepada non muslim: “Lihatlah oleh kalian semua apa yang telah dikatakan oleh Rasul yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak (lebih dari) seribu tahun yang lalu, dan sekarang ilmu pengetahun modern telah sampai kepada hakikat apa yang disabdakan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
Selain itu, ada juga penjelasan lainnya yang bisa juga di jadikan sebagai bahan renungan bagi kita bersama. Ini akan lebih mudah dijelaskan dengan mengambil sebuah pertanyaan yang mendasar; “Kenapa waktu terasa berlari begitu cepat?”. Alasannya adalah:
1. Karena zaman kini, manusia semakin sibuk
David Allen dalam buku produktivitasnya “Getting Things Done” menggambarkan dengan tepat betapa padatnya kesibukan manusia zaman sekarang, dimana pekerjaan seolah tidak mengenal batas penyelesaiannya. Pada zaman dulu, pekerjaan dianggap selesai bila suatu batasan tertentu telah tercapai, misalnya bila hewan buruan telah ditangkap dan dimasak. Namun sekarang, pekerjaan modern bisa dibilang sangat “berlapis-lapis”. Kalaupun jam pekerjaan kantor telah usai, masih ada setumpuk laporan, e-mail, sms, dan panggilan telepon yang harus dikerjakan di rumah.
Manusia modern pun telah bersaudara dengan yang satu ini: DEADLINE. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan harus “cepat, cepat, cepat”, orang-orang pun lebih fokus ke “bagaimana menyelesaikan pekerjaan anu dalam waktu X”. Tenggang waktu sebulan pun semakin tak ada artinya – bahkan terasa seperti seminggu atau dua minggu.
2. Waktu memiliki bobot
Teori ini masih berdasarkan fisika relativitas. Sejak awal tahun 1993, waktu memang telah berjalan lebih cepat. Hingga saat ini, waktu telah 1,3 hingga 1,4 kali lebih cepat – dan akan lebih cepat 2 kali lipat 10 tahun kemudian. Menurut beberapa penelitian, kecepatan revolusi solar system kita memang tengah bertambah lebih cepat, di mana hal ini juga berpengaruh terhadap waktu di bumi. Karena waktu berjalan lebih cepat, ruang pun semakin merapat dan gravitasi meningkat. Bisa dibilang, ruang dan waktu semakin bersatu. Atau seperti kata hadits tersebut, “zaman semakin berdekatan”.
Dari segi metafisika, zaman berdekatan ini mengakibatkan berbagai energi di alam sekitar ber-agregasi. Setiap makhluk semakin connected dengan lingkungan atau sekitarnya. Misalnya, bila seseorang jatuh dan terluka, orang lain juga akan turut “merasakan”. Dalam berbagai paham new age, zaman ketika ini terjadi disebut sebagai Christ Consciousness – atau masa-masa menjelang akhir ketika manusia menanti Kristus kembali ke bumi.
3. Antisipasi dan persepsi
Tentang hal ini, Albert Einstein pernah berkata “Kalau Anda duduk di dekat kompor yang menyala, pastilah 4 menit terasa seperti 4 jam. Coba kalau Anda duduk di sebelah wanita cantik, 4 jam akan terasa seperti 4 menit”.
Untuk menjelaskan tentang persepsi ini, akan saya berikan contoh. Misalnya Anda mendengarkan lagu yang boringnya minta ampun padahal durasinya hanya 1 menit, bisa jadi di benak Anda, seolah-olah lagu itu durasinya 4 menitan, ‘kan? Tapi coba kalau Anda mendengarkan lagu kesayangan Anda, mungkin lagu durasi 4 menit terasa lebih cepat, atau terasa lebih lama tapi durasi lama yang menyenangkan.
Dalam buku “Why Life Speeds Up as You Get Older”, Douwe Draaisma menjelaskan bahwa persepsi memori memberikan kesan kepada kita bahwa waktu berjalan cepat atau lambat. Ketika kita masih kecil misalnya, kita selalu “ingin jadi dewasa”. Atau ketika kita baru masuk kerja dan kita menanti naik pangkat. Antisipasi terhadap penantian itu membuat waktu terkesan lama sekali. Begitu juga memori kita terhadap fase hidup yang kita anggap menyenangkan atau sangat buruk – biasanya waktu akan terasa lama tapi “berisi”. Namun halnya dengan fase hidup yang “biasa-biasa saja”, maka hanya akan teringat samar-samar dalam memori kita dan dianggap “berlalu cepat begitu saja”.
4. Pendapat penulis: tanda bergantinya zaman menuju kebangkitan dunia baru
Meski tak sepenuhnya, saya sependapat dengan Harun Yahya dan Dr. Ahmad Syauqi tentang pertimbangan ilmiahnya. Bahkan saya bisa menambahkan, bahwa Akhir Zaman (kiamat) yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu maksudnya bukan Hari Kiamat Kubro (besar), melainkan Kiamat Sugro (kecil). Artinya, memang akan ada Akhir Zaman (kiamat) yang disertai dengan bencana alam, pemusnahan massal, dll. Di setiap akhir periode zaman pun seperti itu. Namun pada saat ini, itu hanya sebagai pertanda akan hadirnya zaman yang baru, yang di dalamnya akan ada perubahan yang mendasar dalam kehidupan manusia.
Jadi, kehidupan kita sekarang ini telah sampai di penghujung periode zamannya (zaman ke tujuh). Atau dalam artian bahwa kita saat ini sedang berada dalam masa-masa transisi antara kedua zaman yang berbeda (ke tujuh – ke delapan), dan tentunya akan ada puncaknya suatu saat nanti. Sedangkan puncak yang dimaksudkan disini bisa saja kehancuran yang dahsyat, yang akan terjadi dimana-mana di seluruh dunia. Dan tentunya Anda sekalian sudah merasakannya bukan? Dimana sering terjadi bencana dahsyat di berbagai belahan dunia, peperangan dan tentunya perubahan iklim. Untuk itulah, satu alasan mengapa waktu pun di atur semakin cepat berlalu, itu hanya untuk bisa menghadirkan azab Allah subhanahu wa ta’ala lebih cepat. Karena manusia yang hidup di akhir setiap periode zaman akan berlaku kufur dan jauh dari jalan kebenaran Tuhan. Sehingga pantaslah bagi mereka ini untuk meneriman azab-Nya yang sungguh perih.
Ketahuilah, bahwa manusia pada masa yang akan datang (di periode zaman yang baru – periode zaman ke delapan) setelah periode zaman kita sekarang)) akan hidup sesuai dengan hukum Tuhan dan menata dunia ini dengan keindahan yang sejati. Semua yang ada di periode zaman ke tujuh ini akan banyak yang ditinggalkan, terutama yang berbau syirik dan maksiat. Dalam kehidupan mereka nanti, maka ada perubahan yang mendasar tentang keyakinan, gaya hidup, cara pandang hidup, sifat dan sikap kehidupan dan tata aturan hidup (ketatanegaraan) yang sempurna. Yang itu semua akan dimulai dari Nusantara, insya Allah. Ini akan terjadi, karena secara tersirat Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan tentang hal ini di dalam Al-Qur`an surat Ali `Imran [3] ayat 140 berikut ini:
“…, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)…”
Jadi, masalah waktu yang terasa singkat saat ini adalah konsekuensi dari hilangnya kebiasaan untuk mengingat Allah subhanahu wa ta’ala (zikir) dalam hati, sementara kesibukan dunia terus menempati posisi terpenting dalam hati seseorang. Manusia di masa lalu juga pernah merasakan hal yang serupa, sebelum mereka harus menerima azab dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ini adalah ketentuan-Nya, yang akan terus berlaku disaat manusia telah lalai pada aturan Tuhan dan melupakan hakekat kehidupannya sebagai khalifah di muka bumi.
Selain itu, hal ini terjadi lantaran tidak banyak lagi orang-orang yang benar-benar meluangkan waktunya untuk mengkaji Ad-Din (agama) secara mendalam dan menjalankannya dengan benar. Mereka begitu terlena dengan kesenangan duniawi, sehingga terus terbuai dalam tipuannya. Hidup hanya dilalui dengan banyak kegiatan yang melulu hanya bersifat foya-foya, tanpa mengindahkan arti pentingnya mempersiapkan bekal akherat. Mereka lupa dengan Tuhan karena telah menuhankan dunia dengan teknologi di dalamnya. Bahkan di antara mereka ini banyak sekali yang munafik, lantaran ia sebenarnya mengetahui aturan agama tetapi justru senang melanggarnya. Sehingga tidak banyak lagi yang mau mencegah perbuatan mungkar, karena mereka pun ikut di dalamnya. Maksiat dan perzinahan kian merajalela dimana-mana, bahkan tak mengenal tempat, usia, jenis kelamin, hubungan darah dan hewan atau manusia. Banyak pula terjadi kezaliman dan pembunuhan, keserakahan dan korupsi, sehingga memperkeruh kondisi sosial di masyarakat. Sementara waktu dirasakan semakin cepat berlalu, lantaran seseorang merasa tidak pernah puas dalam menikmati kesenangan sesaat duniawi ini.
*****
Wahai saudaraku ingatlah! Waktu itu telah diciptakan dengan penuh pertimbangan dan tujuan. Ia ada sebagai wadah bagi semua makhluk untuk senantiasa melakukan aktifitasnya tetapi dengan penuh kebijaksanaan. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa, dan jangan pula lalai untuk terus memperbaiki diri. Karena sejatinya kehidupan di dunia ini hanyalan bersifat sementara. Ada kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan setelah kematian (akherat).
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan dengan berfirman di dalam Al-Qur`an surat Al-Ashr [103] ayat 1-3, seperti berikut ini:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa mawas diri dan terus mempersiapkan bekal akherat. Tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa dan berharap bahwa akan ada perubahan kebaikan di hari nanti.
Mashudi Antoro (Oedi`)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar